PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Belajar adalah
proses mental yang aktif untuk mendapatkan, mengingat, dan menggunakan
pengetahuan. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya
tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan
perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai
tingkah laku yang tampak. Belajar adalah aktivitas yang melibatkan proses
berpikir yang sangat kompleks dan saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi
tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi
komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya secara terpisah-pisah
akan kehilangan makna. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu
proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan
aspek-aspek kejiwaan lainnya.
Perkembangan
kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan
pengertian (pengetahuan), aitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana
individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Selain itu juga dijelaskan
bahwa kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenal, termasuk
di dalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka,
membayangkan, memperkirakan, menduga dan menilai. Secara tradisional, kognisi
sering dipertentangkan dengan konasi (kemauan) dan dengan afeksi (perasaan).
Sementara
perkembangan kognitif dianggap sebagai penentu kecerdasan intelektual anak,
kemampuan kognitif terus berkembang seiring dengan proses pendidikan serta juga
dipengaruhi oleh faktor perkembangan fisik terutama otak secara biologis.
Perkembangan selanjutnya berkaitan dengan kognitif adalah bagaimana mengelola
atau mengatur kemampuan kognitif tersebut dalam merespon situasi atau
permasalahan. Tentunya, aspek-aspek kognitif tidak dapat berjalan sendiri
secara terpisah tetapi perlu dikendalikan atau diatur sehingga jika seseorang
akan menggunakan kemampuan kognitifnya maka perlu kemampuan untuk menentukan
dan pengatur aktivitas kognitif apa yang akan digunakan. Oleh karena itu,
sesorang harus memiliki kesadaran tentang kemampuan berpikirnya sendiri serta
mampu untuk mengaturnya. Para ahli mengatakan kemampuan ini disebut dengan
metakognitif.
Saat ini, kajian
tentang metakognitif telah berkembang bahkan telah diterapkan dalam
pembelajaran seperti matamatika dan bahasa. Misalnya, dalam memecahkan masalah
matematika, siswa perlu memiliki kemampuan metakognitif untuk mengatur strategi
pemecahan masalah, sedangkan dalam pembelajaran bahasa adalah siswa harus
memiliki kemampuan metakognitif dalam membaca buku.
Dengan
berkembangnya berbagai teori tentang perkembangan kognitif dan metakognitif,
kami ingin membahas dan menganalisa tentang perkembangan kognitif dan metakognitif.
Atas dasar itulah kami menulis makalah ini tentang “Perkembangan Kognitif dan
Metakognitif”.
1.2
Rumusan
Masalah
a. Apa
yang dimaksud dengan teori kognitif?
b. Bagaimana
strategi pengembangan kognitif?
c. Apa
yang dimaksud dengan teori metakognitif?
d. Bagaimana
strategi perkembangan metakognitif?
e. Bagaimana
keterkaitan antara teori kognitif dan metakognitif?
1.3
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam
makalah ini adalah sebagai berikut
a.
Mengetahui apa yang
dimaksud dengan teori kognitif?
b.
Mengetahui bagaimana
strategi pengembangan kognitif?
c.
Mengetahui apa yang
dimaksud dengan teori metakognitif?
d.
Mengetahui bagaimana
strategi perkembangan metakognitif?
e.
Mengetahui bagaimana
keterkaitan antara teori kognitif dan metakognitif?
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Kognitif
Kognitif adalah
sebuah istilah yang digunakan psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas
mental yang berhubungan dengan persepsi,
pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkin akan seseorang
memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau
semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan
lingkungannya. (Desmita, 2006 :103).
Ranah kognitif juga merupakan ranah yang mencakup kegiatan
mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak
adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan
kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami,
mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam
ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari
jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.
Tujuan aspek
kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan
intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan
memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan
beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang
mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat
pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
2.2
Perkembangan
Kognitif
Perkembangan
kognitif adalah salah satu aspek
perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu
semua proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Sementara
menurut Chaplin (2001, Desmita, 2006 : 103), dijelaskan bahwa kognisi adalah
konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenal, termasuk di dalamnya
mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan,
memperkirakan, menduga dan menilai. Secara tradisional, kognisi sering
dipertentangkan dengan konasi (kemauan) dan dengan afeksi (perasaan).
Perkembangan
kognitif berlangsung sejak masa bayi walaupun potensi-potensi terutama secara
biologis sudah dimulai semenjak masa prenatal. Piaget (Desmita, 2006 : 104)
meyakini nahwa pemikiran seoarang anak berkembang melalui serangkaian tahap
pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa. Kemampuan bagi melalui tahap-tahap
tersebut bersumber dari tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan melalui asimilasi dan akomodasi serta adanya pengorganisasian
struktur berpikir. Pada masa bayi (0 – 2 tahun), Piaget menyebutnya tahap
sensori motorik sementara masa anakanak awal (2 – 7 tahun) adalah tahap pre
operasional dan anak-anak akhir (7 – 12 tahun) disebut tahap operasional
konkrit. Adapun setelah itu adalah atahap formal operasional. Menurut Desmita (2006 : 107),
pandangan-pandangan kontemporer seperti teori pemrosesan informasi tentang
perkembangan kognitif berbeda dengan Piaget sebagai pendahulunya. Kalau Piaget
meyakini bahwa perkembangan kognitif bayi baru tercapai pada pertengahan tahun
kedua, maka para pakar psikologi pemrosesan informasi percaya bahwa
perkembangan kognitif, seperti kemampuan dalam memberikan perhatian,
mencipatakan simbolisasi, meniru, dan kemampuan konseptual, telah dimiliki oleh
bayi. Perkembangan kognitif masa bayi kemudian berlanjut sampai dewasa dengan
sesuai dengan tahapan menurut Piaget dengan kualitas yang berbeda.
Seiring dengan
meningkatnya kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan, karena bertambah
besarnya koordinasi dan pengendalian motorik yang disertsi dengsn meningkatnya
kemampuan untuk bertanya dengan menggunakan kata-kata dan dapat dimengerti oleh
orang lain, maka dunia imajinasi anak-anak pra sekolah terus bekerja, dan daya serap mentalnya tentang
dunia makin meningkat. Peningkatan pengertian anak tentang orang, benda dan
situasi baru diasosiasikan dengan arti-arti yang telah dipelajari semasa bayi
Seiring dengan
masuknya anak ke sekolah, maka kemampuan kognitifnya turut mengalami
perkembangan pesat. Karena dengan masuk ke sekolah, berarti dunia dan minat
anak bertambah luas, dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian
tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak. Kalau
pada masa sebelumnya daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris,
pada usia sekolah dasar ini daya pikir nak berkembang ke arah konkrit, rasional
dan objektif. Anak mencapai
tahap stadium belajar.
2.3
Pengembangan Strategi Kognitif
Strategi kognitif berkembang dalam waktu yang cukup lama dan panjang
sebagai hasil dari pendidikan. Dalam hal ini, proses belajar merupakan proses
yang penting dalam pengembangan strategi kognitif seseorang. Menurut Socrates
dan John Dewey, belajar merupakan suatu kegiatan atau sesuatu yang dilakukan
secara mental dan/atau fisik yang diikuti dengan kesempatan merefleksikan
hal-hal yang dilakukan dari hasil perilaku tersebut. Strategi kognitif
dikembangkan melalui proses refleksi perilaku ketika mahasiswa menghadapi
masalah.
West, Farmer, dan Wolf (1991) mengatakan bahwa dosen dapat mengembangkan
strategi kognitif dalam proses penyampaian materi bidang ilmu (content), mengaktifkan strategi kognitif
mahasiswa dalam penyajian materi bidang ilmu, menggunakan strategi kognitif
untuk menyampaikan materi bidang ilmu ilmu. Strategi kognitif dikembangkan
secara terpadu dengan penyajian mata kuliah bidang ilmu, tidak secara terpisah.
2.4 Jenis-Jenis Strategi
Kognitif
Gagne (1984)
mengidentifikasi strategi kognitif berdasarkan alur proses instruksional mulai
dari memperhatikan (attending), mengolah stimulus (encoding), mencari kembali
informasi (retrieval), dan berpikir. Untuk setiap tahap mahasiswa dapat
menggunakan strategi kognitif yang berbeda-beda.
West, Farmer dan
Wolff (1991) menjelaskan adanya 4 keluarga besar strategi kognitif, yaitu Chunking,
Spatial, Bridging, dan Multipurpose.
1.
Chunking,
merupakan strategi mengorganisasikan sesuatu secara sistematis melalui proses
mengurutkan (order), mengklasifikasi (classify, dan menyusun (arrange).
Chunking dapat membantu seseorang untuk mengolah data yang sangat banyak atau
proses yang sangat kompleks. Melalui chunking, seseorang memilah-milah materi
kuliah atau masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, kemudian menyusun
bagian-bagian tersebut secara berurut.
2.
Spatial merupakan suatu strategi untuk menunjukkan hubungan
antar hal yang satu dengan yang lain. Dalam kategori ini termasuk “frames”
(tabel) dan “concept maps” (peta konsep)
3.
Bridging
merupakan strategi untuk menjembatani pemahaman seseorang melalui “metafor”
(perumpamaan), analogi dan advance organizer. Metafor dan analogi merupakan
strategi pengandaian yang dapat menjembatani suatu konsep baru dengan
menggunakan konsep yang sudah dipahami sebelumnya. Advance organizer merupakan kerangka dalam bentuk abstraksi
atau ringkasan tentang konsep-konsep dasar materi yang harus dipelajari, hanya
dapat dibuat oleh dosen untuk memudahkan mahasiswa belajar.
4. Mulitpurpose merupakan strategi kognitif yang dapat digunakan untuk
berbagai tujuan, antara lain rehearsal, imagery, dan mneumoncs (jembatan
keledai). Rehearsal merupakan cara untuk untuk mereviu materi, bertanya,
mengansipasi pertanyaan dan materi, yang hanya dapat dilakukan oleh mahasiswa,
dosen dapat memberikan waktu agar mahasiswa dapat melakukan rehearsal. Imagery (membayangkan) merupakan proses visualisasi suatu konsep, kejadian, ataupun prinsip. Mneumonics
merupakan alat bantu untuk mengingat, misalnya singkatan.
2.5
Pengertian
Metakognitif
ü
Menurut
Suherman et.al. (2001 : 95), metakognitif adalah suatu kata yang berkaitan
dengan apa yang diketahui tentang dirinya sebagai individu yang belajar dan
bagaimana dia mengontrol serta menyesuaikan prilakunya. Seseorang perlu
menyadari kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Metakognitif adalah suatu
bentuk kemampuan untuk melihat pada diri sendiri sehingga apa yang dia lakukan
dapat terkontrol secara optimal. Dengan kemampuan seperti ini seseorang
dimungkinkan memiliki kemampuan tinggi dalam memecahkan masalah, sebab dalam
setiap langkah yang dia kerjakan senantiasa muncul pertanyaan : “Apa yang saya
kerjakan ?”; “Mengapa saya mengerjakan ini?”; “Hal apa yang membantu saya untuk
menyelesaikan masalah ini?”.
ü
Flavel
(Jonassen, 2000 : 14) memberikan definisi metakognitif sebagai kesadaran seseorang
tentang bagaimana ia belajar, kemampuan untuk menilai kesukaran sesuatu
masalah, kemampuan untuk mengamati tingkat pemahaman dirinya, kemampuan
menggunakan berbagai informasi untuk mencapai tujuan, dan kemampuan menilai
kemajuan belajar sendiri. Sementara menurut Margaret W. Matlin (Desmita, 2006 :
137), metakognitif adalah “knowledge and awareness about cognitive processes
– or our thought about thinking”.
ü
Anderson
& Krathwohl (Sukmadinata & As’ari, 2006 : 26) memberikan rincian dari
pengetahuan yang dapat dikuasi atau diajarkan pada setiap tahapan kognitif.
Dalam lingkup pengetahuan tersebut, pengetahuan metakognitif menempati pada
tingkat tertinggi setelah pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual dan
pengetahuan prosedural. Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan
strategik, pengetahuan tugas-tugas berpikir dan pengetahuan pribadi. Sebagai
contoh pengetahuan metakognitif, yaitu pengetahuan tentang langkah-langkah
penelitian, rencana kegiatan dan program kerja ; pengetahuan tentang jenis metode,
tes yang harus digunakan dan dikerjakan guru ; dan pengetahuan tentang sikap,
minat, karakteristik yang harus dikuasai untuk menjadi seorang guru yang baik.
ü
Margaret
W. Matlin (Desmita, 2006 : 137), metakognitif adalah “knowledge and awareness
about cognitive processes – or our thought about thinking”. Jadi metakognitif adalah suatu kesadaran
tentang kognitif kita sendiri, bagaimana kognitif kita bekerja serta bagaimana
mengaturnya. Kemampuan ini sangat penting terutama untuk keperluan efisiensi penggunaan kognitif kita dalam
menyelesaikan masalah.
Jadi metakognitif adalah
suatu kesadaran tentang kognitif kita sendiri, bagaimana kognitif kita bekerja
serta bagaimana mengaturnya. Kemampuan ini sangat penting terutama untuk
keperluan efisiensi penggunaan kognitif kita dalam menyelesaikan masalah.
Secara ringkas metakognitif dapat diistilahkan sebagai “thinking about
thingking”
2.6
Perkembangan
Metakognitif
Perkembangan dalam psikologi bidang pendidikan berjalan
sangat pesat, salah satunya adalah perkembangan konsep metakognisi
(metacognition) yang pada intinya menggali pemikiran orang tentang berpikir ”thinking about thinking”. Konsep dari
metakognisi adalah ide dari berpikir tentang pikiran pada diri sendiri.
Termasuk kesadaran tentang apa yang diketahui seseorang (pengetahuan
metakognitif), apa yang dapat dilakukan seseorang (keterampilan metakognitif)
dan apa yang diketahui seseorang tentang kemampuan kognitif dirinya sendiri
(pengalaman metakognitif).
Variabel lain
yang terkait dengan metakognisi adalah variabel individu. Sebagai modal dasar
untuk menjadi seorang pebelajar mandiri (self-learner) yang baik, siswa harus
memiliki pengetahuan tentang kelemahan dan kelebihan dirinya dalam menghadapi
tugas-tugas kognitif, yang menurut Anderson & Krathwohl (2001) disebut
pengetahuan-diri (self-knowledge). Bahkan lebih jauh siswa harus mampu memilih,
menggunakan, dan memonitor strategi-strategi kognitif yang cocok dengan tipe
belajar, gaya berpikir, dan gaya kognitif yang dimiliki dalam mengahadapi tugas-tugas
kognitif. Misalnya, seseorang dengan tipe belajar visual harus sering
menggunakan strategi elaborasi peta konsep dalam memahami materi yang sedang
dipelajari. Kemampuan seperti ini merupakan salah satu komponen metakognisi
yang disebut pemonitoran kognitif.
2.7
Strategi
Perkembangan Metakognitif
Blakey & Spence (1990)
mengemukakan strategi-startegi atau langkah-langkah untuk meningkatkan
keterampilan metakognisi, yakni:
a) Mengidentifikasi “apa yang kau ketahui” dan “apa yang kau tidak ketahui”
Memulai aktivitas pengamatan, siswa
perlu membuat keputusan yang disadari tentang pengetahuan mereka. Dengan
menyelidiki suatu topik, siswa akan menverifikasi, mengklarivikasi dan
mengembangkan, atau mengubah pernyataan awal mereka dengan informasi yang akurat.
b)
Berbicara tentang berpikir (Talking about thinking)
Selama membuat perencanaan dan
memecahkan masalah, guru boleh “menyuarakan pikiran”, sehingga siswa dapat ikut
mendemonstrasikan proses berpikir. Pemecahan masalah berpasangan merupakan
strategi lain yang berguna pada langkah ini. Seorang siswa membicarakan sebuah
masalah, mendeskripsikan proses berpikirnya, sedangkan pasangannya mendengarkan
dan bertanya untuk membantu mengklarifikasi proses berpikir.
c)
Membuat jurnal berpikir (keeping thinking journal)
Cara lain untuk mengembangkan
metakognisi adalah melalui penggunaan jurnal atau catatan belajar.
Jurnal ini berupa buku harian dimana setiap siswa merefleksi berpikir
mereka, membuat catatan tentang kesadaran mereka terhadap kedwiartian
(ambiguities) dan ketidakkonsistenan, dan komentar tentang bagaimana mereka
berurusan/menghadapi kesulitan.
d)
Membuat perencanaan dan regulasi-diri
Siswa harus mulai bekerja
meningkatkan responsibilitas untuk merencanakan dan meregulasi belajar mereka.
Sulit bagi pebelajar menjadi orang yang mampu mengatur diri sendiri
(self-directed) ketika belajar direncanakan dan dimonitori oleh orang lain.
e)
Melaporkan kembali proses berpikir (Debriefing
thinking process)
Aktivitas terakhir adalah
menfokuskan diskusi siswa pada proses berpikir untuk mengembangkan kesadaran
tentang strategi-strategi yang dapat diaplikasikan pada situasi belajar yang
lain. Metode tiga langkah dapat digunakan; Pertama: guru mengarahkan
siswa untuk mereviu aktivitas, mengumpulkan data tentang proses berpikir; Kedua:
kelompok mengklasifikasi ide-ide yang terkait, mengindentifikasi strategi yang
digunakan; Ketiga: mereka mengevaluasi keberhasilan, membuang
strategi-strategi yang tidak tepat, mengindentifikasi strategi yang dapat
digunakan kemudian, dan mencari pendekatan alternatif yang menjanjikan.
f)
Evaluasi-diri (Self-evaluation)
Mengarahkan pengalaman-pengalaman
evaluasi-diri dapat diawali melalui pertemuan individual dan daftar-daftar yang
berfokus pada proses berpikir. Secara bertahap, evaluasi-diri akan lebih banyak
diaplikasikan secara independen.
Dalam penelitian ini model yang dikembangkan sebagai model
pelatihan dan pembinaan guru sains, dengan mengadaptasi konsep metakognitif
Marzano dengan meliputi 3 (tiga) tahapan strategi sebagai berikut:
1.
Tahap proses sadar belajar (awareness), merupakan komponen yang paling
dasar dari metakognisi. Kewaspadaan ini termasuk dua cara apakah siswa biasanya
melakukan pendekatan pada tugas dan cara alternatif yang mungkin mereka
lakukan. Pelajar yang baik waspada akan bagaimana mereka berpikir dan dapat
membuat pilihan yang cerdas megenai strategi yang efektif.meliputi proses untuk
menetapkan tujuan belajar, mempertimbangkan sumber belajar yang akan dan dapat
diakses (contoh: menggunakan buku teks, mencari buku sumber di perpustakaan,
mengakses internet di lab. komputer, atau belajar di tempat sunyi), menentukan
bagaimana kinerja terbaik siswa akan dievaluasi, mempertimbangkan tingkat
motivasi belajar, menentukan tingkat kesulitan belajar siswa.
2. Tahap merencanakan belajar
(Planning),
merupakan komponen rencana dari metakognisi adalah bertanggung jawab untuk
“mengidentifikasi dan mengaktifkan kemampuan, taktik, dan proses tertentu yang
akan digunakan dalam “mencapai cita-cita” (Marzano, 1998, h. 60). Siswa pada
tahap ini memiliki dialog dalam dirinya mengenai apa yang dapat ia lakukan dan
apa yang paling efektif dalam situasi ini. Jika tugasnya sederhana, orang
mungkin tidak waspada akan pilihan apa yang ia buat. Dengan tugas yang
kompleks, bagaimana pun, proses metakognitif lebih terbuka saat siswa memilih
pilihan yang lain di dalam pikirannyameliputi proses memperkirakan waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas belajar, merencanakan waktu belajar dalam
bentuk jadwal serta menentukan skala prioritas dalam belajar, mengorganisasikan
materi pelajaran, mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk belajar dengan
menggunakan berbagai strategi belajar (outlining, mind mapping, speed reading,
dan strategi belajar lainnya).
3.
Tahap monitoring dan refleksi belajar (monitoring and
reflection),
merupakan komponen akhir dari metakognisi adalah pemantauan. Fungsi ini bekerja
pada keefektifan rencana dan strategi yang digunakan. Sebagai contoh,
siswa kelas biologi tahun kedua memutuskan untuk membuat peta dalam komputer
untuk meninjau bab untuk sebuah tes. Setelah beberapa menit, ia menyadari bahwa
ia menghabiskan waktu yang lebih mencari tahu tentang software daripada
berpikir mengenai konten dan memutuskan untuk menggambar peta di atas kertas.
Seorang siswa kelas lima yang mengumpulkan data mengenai temperatur dan
kelembaban mulai menambahkan daftar angka yang panjang lalu menyadari bahwa
pekerjaan akan menjadi lebih cepat dan akurat jika ia menggunkan program lembar
kerja. Pemantauan proses pemikiran yang konsisten dan membuat perubahan yang
diperlukan adalah komponenyang penting dari metakognisi. Meliputi proses
merefleksikan proses belajar, memantau proses belajar melalui pertanyaan dan
tes diri (self-testing, seperti mengajukan pertanyaan, apakah materi ini
bermakna dan bermanfaat bagi saya?, bagaimana pengetahuan pada materi ini dapat
saya kuasai?, mengapa saya mudah/sukar menguasai materi ini?), menjaga
konsentrasi dan motivasi tinggi dalam belajar.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pengertian
kognitif adalah kemampuan
berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi.
2. Perkembangan
kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan
pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan
dengan bagaimana individu mempelajari
dan memikirkan lingkungannya.
3. Strategi
pengembangan kognitif chunking, spatial, bridging, multipurpose.
4. Pengertian
metakognitif adalah suatu kesadaran tentang kognitif kita sendiri, bagaimana
kognitif kita bekerja serta bagaimana mengaturnya. Kemampuan ini sangat penting
terutama untuk keperluan efisiensi penggunaan kognitif kita dalam menyelesaikan
masalah. Secara ringkas metakognitif dapat diistilahkan sebagai “thinking about thingking”
5. Perkembangan
metakognitif adalah siswa mampu memilih, menggunakan, dan memonitor
strategi-strategi kognitif yang cocok dengan tipe belajar, gaya berpikir, dan
gaya kognitif yang dimiliki dalam mengahadapi tugas-tugas kognitif.
6. Strategi
mengembangkan metakognitif mengidentifikasi, berbicara tentang berpikir,
membuat jurnal berpikir, melaporkan hasil berpikir, evaluasi diri
Daftar
Pustaka
Abdul, Dindin M. L., PERKEMBANGAN
METAKOGNITIF DAN PENGARUHNYA PADA KEMAMPUAN BELAJAR ANAK. http://file.upi.edu/Direktori/KDTASIKMALAYA/DINDIN_ABDUL_MUIZ_LIDINILLAH_(KDTASIKMALAYA)197901132005011003/132313548%20%20dindin%20abdul%20muiz%20lidinillah/Perkembangan%20Metakognitif.pdf
Winarto, Joko. Teori Perkembangan
Kognitif Jean Piaget dan Implementasinya dalam Pendidikan. artikel.
http://ml.scribd.com/doc/97024609/Makalah-Kognitif-metakognitif
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget-dan-implementasinya-dalam-pendidikan/
terima kasih. love, from malaysia.
BalasHapusMANTAP BRO!!!
BalasHapusDUA JEMPOL PISAN UNTUK KALIAN. SELAMAT BERJUANG DAN TERUS BERJUANG. SEMOGA DIBERKATI, AMIN.
MANTAP BRO!!!
BalasHapusDUA JEMPOL PISAN UNTUK KALIAN. SELAMAT BERJUANG DAN TERUS BERJUANG. SEMOGA DIBERKATI, AMIN.
terapkanlah pembelajaran dengan teori kognitif ini, dan bagaimana hasil pembelajarannya bandingkanlah dengan hasil pembelajaran yang menggunakan teori behavioristik, selamat berjuang
BalasHapusSemangat!!
BalasHapusterima kasih atas info..jadi rujukan saya untuk buat tugsan
BalasHapusCara belajar siswa di tingkat smp masih menggunakan pendekatan rana kognitif sedangkan metakognitif di tingkat sma/smk tetapi kurikulum K13 skrg mengarahkan harus ketingkat metakognitif sehingga berdampak HASIL USBN sangat RENDAH, ini FAKTA jd perlu kajian
BalasHapus